Potensi Bisnis Kayu Manis dari Hutan Indonesia ke Pasar Dunia



Indonesia adalah salah satu penghasil kayu manis terbesar di dunia, terutama jenis Cinnamomum burmannii yang banyak dibudidayakan di Sumatera Barat dan Jambi. Sayangnya, potensi ekonomi kayu manis masih belum sepenuhnya dimaksimalkan oleh pelaku usaha lokal.

Baca juga:

Permintaan pasar global terhadap kayu manis terus meningkat, terutama dari sektor pangan, minuman, farmasi, dan kosmetik. Negara-negara seperti Amerika Serikat, India, dan Jerman adalah konsumen utama. Hal ini membuka peluang ekspor yang sangat besar bagi para petani dan UMKM di Indonesia.

Bisnis kayu manis tidak hanya terbatas pada menjual batang mentah. Nilai tambah bisa didapat dari pengolahan lanjutan, seperti menjadi bubuk kayu manis, ekstrak minyak atsiri, hingga produk herbal dan kosmetik. Misalnya, sabun dan lotion berbasis kayu manis kini mulai digemari karena sifat antimikroba dan aromaterapinya.

Keuntungan lain dari budidaya kayu manis adalah pohonnya yang tahan hama, cocok di dataran tinggi tropis, dan panen bisa dilakukan berulang. Petani bisa memanen kulit pohon setiap 2–3 tahun sekali, membuatnya sebagai sumber pendapatan jangka panjang yang relatif stabil.

Namun, tantangan yang dihadapi meliputi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, kurangnya inovasi produk, dan minimnya akses pasar digital. Maka dari itu, penting bagi pemerintah dan pelaku industri untuk mendukung petani melalui pelatihan, akses ke permodalan, dan penguatan branding produk kayu manis Indonesia.

Jika dikelola dengan baik, kayu manis bisa menjadi komoditas rempah unggulan ekspor yang membanggakan, sekaligus mendongkrak kesejahteraan petani lokal.


Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama