Di dapur profesional, para chef kerap memilih jenis garam tertentu untuk memastikan masakan yang mereka sajikan memiliki kualitas rasa yang maksimal. Salah satu jenis garam yang paling sering digunakan adalah garam kosher. Lalu kenapa chef profesional memilih garam kosher.
Baca juga:
- Inilah Pentingnya Hutan Untuk Kelanjutan Hidup Manusia!
- Lucuma, Buah Eksotis yang Rasanya Seperti Karamel
- Diburu karena Langka, Apa Sebenarnya Keistimewaan Bayberry?
Alasan pertama terletak pada ukuran butiran garam kosher. Garam ini memiliki tekstur yang lebih besar dan kasar dibandingkan garam meja biasa. Butiran yang lebih besar memudahkan para chef untuk mengambil, menakar, sekaligus menaburkannya pada bahan masakan. Ini membuat chef gampang menakar pemasukan garam yang di mau.
Selain itu, garam kosher tidak mengandung aditif seperti yodium atau bahan anti-kelembapan yang biasanya ditambahkan ke garam dapur. Rasa garam ini juga lebih natural. Bagi seorang chef, hal ini sangat berpengaruh karena mereka ingin rasa asli bahan masakan tetap dominan tanpa terganggu oleh rasa asing dari garam. Ini bagus untuk olahan makanan yang membutuhkan rasa yang presisi.
Dari segi fungsi, garam kosher juga lebih efektif dalam proses memasak tertentu. Misalnya, ketika digunakan untuk melapisi daging sebelum dimasak, butirannya yang besar mampu menempel lebih baik di permukaan daging. Proses ini membantu menarik keluar kelembapan berlebih sehingga daging bisa lebih cepat matang dengan tekstur yang baik. Tidak hanya itu, penggunaan garam kosher juga mendukung proses karamelisasi yang lebih optimal, sehingga menghasilkan rasa gurih yang lebih mendalam pada hidangan.
Kelebihan lain dari garam kosher adalah mudah larut meskipun butirannya lebih besar. Hal ini tampak berlawanan dengan logika, tetapi kenyataannya garam kosher lebih cepat menyatu dalam hidangan saat dimasak. Karena cepat larut, garam ini memungkinkan penyebaran rasa yang lebih merata. Bagi seorang chef, konsistensi rasa adalah hal yang mutlak, dan garam kosher memberikan keunggulan tersebut.
Ada pula alasan historis dan budaya yang membuat garam kosher populer. Pada awalnya, garam ini digunakan dalam tradisi Yahudi untuk proses “koshering” atau pengolahan daging sesuai aturan agama. Seiring waktu, garam tersebut mulai banyak dipakai di dapur modern karena sifatnya yang praktis. Banyak chef Amerika yang terbiasa menggunakan garam kosher, sehingga kebiasaan ini menyebar ke berbagai belahan dunia melalui sekolah kuliner dan media. Faktor kebiasaan profesional ini turut berkontribusi pada popularitasnya di dapur-dapur restoran.
Dari sisi kesehatan, garam kosher memang tidak bisa dianggap lebih rendah kandungan natriumnya dibandingkan garam meja, tetapi karena butirannya lebih besar, satu sendok garam kosher biasanya mengandung lebih sedikit natrium dibandingkan satu sendok garam halus. Hal ini membuat penggunaannya lebih fleksibel dan cenderung tidak mudah menyebabkan makanan terlalu asin. Chef profesional sangat terbantu dengan sifat ini, karena mereka dapat mengendalikan intensitas rasa tanpa khawatir berlebihan.
Saat ditaburkan di atas makanan yang sudah matang, butiran garam kosher memberikan tekstur renyah yang menyenangkan. Efek ini sering dimanfaatkan untuk finishing hidangan, misalnya pada steak, salad, atau sayuran panggang. Sentuhan akhir dengan garam kosher bukan hanya menambah rasa, tetapi juga menghadirkan sensasi berbeda ketika makanan dikunyah.
Kesimpulannya, garam kosher menjadi pilihan utama chef profesional karena ukuran butirannya yang ideal, rasa murni tanpa aditif, kemampuannya dalam meningkatkan tekstur dan rasa masakan, serta fleksibilitas penggunaannya. Lebih dari sekadar bumbu dapur, garam kosher adalah alat yang membantu chef menjaga konsistensi, kualitas, dan keaslian rasa. Oleh karena itu, meskipun garam terlihat sederhana, pemilihan jenisnya ternyata dapat membuat perbedaan besar dalam dunia kuliner profesional.
Posting Komentar