Dulu Dianggap Tak Berguna, Kini Umbi Ini Jadi Komoditas Bernilai Ratusan Juta

porang

Porang (Amorphophallus muelleri) adalah tanaman umbi-umbian asli Indonesia yang belakangan ini banyak dilirik karena nilai ekonomisnya. Tanaman ini tumbuh liar di hutan, namun kini sudah banyak dibudidayakan secara komersial. Kandungan utamanya, glucomannan, merupakan serat alami yang digunakan dalam industri makanan, kesehatan, dan kosmetik.

Baca juga:

Di pasar internasional, terutama Jepang, Korea, dan Tiongkok, glucomannan dari porang sangat dibutuhkan. Bahan ini digunakan untuk membuat konnyaku, jelly diet rendah kalori yang populer sebagai makanan sehat. Selain itu, glucomannan juga digunakan sebagai bahan pengental, pembentuk gel, dan suplemen penurun berat badan.

Porang termasuk tanaman yang mudah tumbuh di daerah tropis dan tidak memerlukan banyak cahaya matahari langsung. Tanaman porang justru berkembang dengan optimal di area teduh, terutama di bawah pepohonan seperti jati, mahoni, dan sengon. Hal ini membuat porang cocok dibudidayakan di lahan hutan rakyat. Masa tanam porang berkisar antara 2 hingga 3 tahun sebelum siap dipanen, tergantung pada kondisi tanah dan teknik budidayanya.

Potensi ekonomi porang sempat mencapai puncaknya pada tahun 2020 hingga 2021, saat harga umbi porang melonjak tinggi karena permintaan ekspor yang besar. Banyak petani beralih menanam porang, terutama di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Pemerintah bahkan pernah menetapkan porang sebagai salah satu komoditas unggulan ekspor nonmigas.

Namun, industri porang tidak lepas dari tantangan. Setelah masa keemasan, harga porang sempat menurun tajam akibat overproduksi dan pembatasan ekspor di negara tujuan. Selain itu, sebagian besar porang Indonesia diekspor dalam bentuk umbi mentah, bukan produk olahan, sehingga nilai tambahnya masih rendah.

Untuk menjaga keberlanjutan budidaya porang, diperlukan strategi pengembangan industri hilir dalam negeri. Produksi tepung porang, mie konjac, suplemen kesehatan, dan produk turunan lainnya harus ditingkatkan agar tidak bergantung pada ekspor bahan mentah. Selain itu, pelatihan kepada petani tentang standar budidaya, panen, dan pascapanen juga penting agar kualitas porang tetap terjaga.

Dengan pengelolaan yang baik dan inovasi pengolahan produk, porang memiliki potensi besar untuk menjadi komoditas unggulan pertanian Indonesia yang berdaya saing tinggi di pasar global.

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama