Di dunia yang terus berkembang ini, batas antara sains dan keajaiban semakin tipis. Salah satu pertanyaan paling menarik yang muncul belakangan ini adalah, bisakah kita menanam tanaman yang menyala sendiri, seperti lampu taman alami? Jawabannya, ternyata, bisa saja.
Bioluminesensi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan cahaya melalui reaksi kimia dalam tubuhnya. Kita biasa melihat fenomena ini pada kunang-kunang, ubur-ubur, atau jamur bercahaya. Tapi pada bunga? Itu ide yang terdengar seperti dongeng.
Baca juga:
- Bikin Kompos di Rumah? Coba Cara Praktis Pakai Polybag!
- Bagaimana Pemanasan Mengungkap Rada Manis Pada Wortel?
- Dari Hobi Jadi Bisnis: Budidaya Jamur Kuping dengan Polybag di Rumah
Namun para ilmuwan justru menganggapnya sebagai proyek masa depan. Mereka mencoba memasukkan gen bioluminesen dari makhluk hidup bercahaya, seperti jamur atau bakteri laut ke dalam tanaman. Tujuannya? Menciptakan bunga yang bisa memancarkan cahaya tanpa bantuan listrik.
Dengan bantuan rekayasa genetika, peneliti menyisipkan gen luciferase (enzim penghasil cahaya) dan luciferin (zat kimia yang bereaksi untuk memunculkan cahaya) ke dalam DNA tanaman. Salah satu eksperimen paling sukses dilakukan pada tanaman tembakau, di mana hasilnya cukup mengejutkan: tanaman itu bersinar dalam gelap dengan cahaya kehijauan.
- Tidak semua bunga bisa menerima gen asing dengan baik.
- Energi tanaman bisa habis lebih cepat jika terus menghasilkan cahaya.
- Masalah etika terkait tanaman hasil rekayasa genetika masih menimbulkan pro dan kontra.
- Di sisi lain, teknologi yang semakin canggih turut mempercepat penemuan jalan keluar dari masalah ini.
Apakah suatu hari kita bisa benar-benar “menanam lampu”? Kemungkinan itu semakin dekat. Bahkan sekarang, perusahaan-perusahaan bioteknologi sudah mulai menjual bibit tanaman bercahaya untuk penggunaan terbatas. Jika diterapkan lebih luas, kita mungkin akan melihat taman, jalan setapak, bahkan karangan bunga pernikahan yang bersinar alami tanpa listrik.
Posting Komentar