Menguak Misteri Buah Maja, Lebih dari Sekadar Rasa Pahit dan Kisah Kerajaan

 

Buah ini terukir dalam sejarah mitologi Jawa, Ini dia buah maja (Aegle marmelos). Bukan sekadar santapan, buah ini menjelma menjadi simbol yang sarat makna, sebuah ikon yang mengiringi kisah kejayaan masa lampau, namun menyimpan rasa pahit getir yang tak semua lidah bersahabat.


Baca juga:


Napas sejarah Kerajaan Majapahit, salah satu imperium terbesar di Nusantara, konon terinspirasi dari nama buah ini. Legenda dan cerita rakyat mematrikan maja sebagai entitas yang lekat dengan kekuasaan dan spiritualitas. Bentuknya yang bulat kokoh dengan kulit kehijauan atau kekuningan menyiratkan ketangguhan, selayaknya kisah-kisah para raja dan dewa yang mengitarinya.


Namun, sensasi rasa pahit yang mendominasi daging buah maja menjadi tembok penghalang bagi penikmat buah pada umumnya. Kandungan senyawa spesifik di dalamnya bertanggung jawab atas rasa getir yang kuat ini. Kendati demikian, bagi sebagian lidah yang terbiasa dengan rasa unik atau bagi mereka yang mencari khasiat tersembunyi, pahitnya maja justru menghadirkan tantangan dan pengalaman rasa yang berbeda.


Warisan kearifan lokal mencatat pemanfaatan buah maja dalam ranah pengobatan tradisional. Berbagai bagian pohonnya, mulai dari buah, dedaunan, hingga kulit batang, dipercaya menyimpan senyawa bioaktif yang berpotensi menyembuhkan. Sifat anti-inflamasi dan antioksidan yang dikandungnya menjadikannya incaran dalam upaya menjaga kesehatan secara alami.

Kreasi kuliner pun tak luput dari sentuhan buah maja. Masyarakat Betawi piawai mengolahnya menjadi "bir pletok," sebuah minuman rempah yang menghangatkan tanpa setetes alkohol pun. Pahitnya maja berpadu harmonis dengan kehangatan jahe, aroma serai, dan sentuhan manis kayu manis, menciptakan minuman yang unik dan berkhasiat. Tak hanya itu, buah maja juga bertransformasi menjadi selai, dodol, atau manisan, di mana rasa pahitnya dinetralkan oleh manisnya gula, menghasilkan cita rasa yang eksotis.


Sayangnya, jejak pohon maja kian menyusut di tengah hiruk pikuk modernitas. Padahal, kemampuannya beradaptasi dengan berbagai kondisi tanah menjadikannya tanaman yang relatif mudah tumbuh. Melestarikan pohon maja berarti menjaga sepotong sejarah, menghidupkan kembali kearifan lokal, dan membuka potensi manfaat kesehatan yang tersembunyi dalam rasa pahitnya.


Buah maja mengajarkan kita tentang paradoks kehidupan: sesuatu yang terasa "pahit" di permukaan bisa jadi menyimpan kekayaan dan makna yang mendalam. Mari kita terus mengenali dan merawat keberadaan buah yang sarat legenda ini, bukan hanya sebagai pengingat akan kejayaan masa lalu, tetapi juga sebagai sumber daya alam yang berpotensi memberikan manfaat di masa depan.

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama