Kopi vs Cokelat: Duel Tanaman Favorit di Tengah Krisis Iklim!

coklat dan kopi

Kopi dan cokelat bukan sekadar minuman dan camilan favorit. Keduanya adalah komoditas global yang menopang jutaan petani kecil, khususnya di negara-negara tropis seperti Indonesia, Brasil, dan Ghana. Di samping kelezatannya, terdapat masalah serius, yaitu dampak perubahan iklim yang membahayakan kelangsungan produksi. Sekarang, kita bertanya, mana yang lebih baik untuk bumi?

Baca juga:

1. Kopi: Si Lezat yang Rentan Panas
kopi

Kopi, terutama jenis Arabika, sangat sensitif terhadap suhu. Tanaman ini tumbuh optimal di dataran tinggi dengan suhu sejuk. Kenaikan suhu di atas 23°C berdampak besar pada menurunnya produktivitas tanaman kopi.

Kelebihan:

  • Sistem penanamannya menggunakan agroforestri (bernaung bersama pepohonan), yang berkontribusi pada pelestarian biodiversitas.
  • Potensi sebagai penjaga hutan jika ditanam secara organik.

Kekurangan:

  • Rentan terhadap suhu tinggi dan penyakit tanaman yang makin menyebar akibat iklim.
  • Produksi intensif sering menyebabkan deforestasi.

Fun fact: Produksi 1 cangkir kopi = sekitar 140 liter air.

2. Cokelat: Si Manis yang Tahan Banting
coklat

Kakao (bahan utama cokelat) lebih toleran terhadap suhu tinggi, dan bisa tumbuh di dataran rendah tropis. Namun, permintaan tinggi dan harga yang fluktuatif membuat banyak petani membuka lahan baru secara ilegal.

Kelebihan:

  • Tahan terhadap iklim lebih hangat.
  • Bisa ditanam dalam sistem tumpang sari atau agroforestri.

Kekurangan:

  • Sering kali menjadi sorotan karena berkaitan dengan deforestasi masif di Afrika Barat.
  • Lemahnya pengawasan memicu terus berlangsungnya aktivitas yang tidak ramah lingkungan.

Fun fact: Produksi 1 batang cokelat (100g) = sekitar 1.700 liter air.

Kopi saat ini banyak dikembangkan dalam bentuk varietas tahan panas dan kebun bernaungan. Beberapa komunitas petani mulai menggunakan pendekatan regeneratif.

Kakao punya keunggulan dari segi ketahanan iklim, tetapi inovasi dan edukasi petaninya tertinggal dibanding kopi.

Daripada memilih antara kopi dan cokelat di era krisis iklim ini, mari fokus pada pola konsumsi yang lebih bijaksana terhadap keduanya. Karena cinta pada bumi juga bisa dimulai dari secangkir kopi atau sebatang cokelat. 

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama