Baca Juga:
Oca memiliki ciri fisik yang mudah dikenali. Umbinya kecil, memanjang, dan tersedia dalam beragam warna mencolok seperti merah muda, oranye, kuning, hingga ungu. Warna-warna alami ini bukan hanya menarik secara visual, tetapi juga menjadi indikasi kandungan antioksidan yang tinggi di dalamnya. Saat baru dipanen, oca memiliki rasa agak asam. Namun, setelah dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari, kadar gulanya meningkat, menghasilkan rasa manis yang lembut.
Dari sisi nutrisi, oca menawarkan beragam manfaat, di antaranya:
- Vitamin C: Berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh serta melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
- Serat: Membantu menjaga kesehatan pencernaan dan membuat kita merasa kenyang lebih lama.
- Zat Besi:Berperan dalam pembentukan sel darah merah dan membantu mencegah anemia.
- Zink: Berperan dalam mempercepat penyembuhan luka serta memperkuat daya tahan tubuh.
- Rendah Kalori: Cocok untuk mendukung program diet sehat tanpa mengorbankan asupan nutrisi.
Selain nilai gizinya, oca juga memiliki nilai budaya yang tinggi. Di wilayah Andes, oca ditanam bersama dengan tanaman pangan lain seperti kentang untuk memastikan ketersediaan pangan sepanjang tahun. Jika salah satu tanaman gagal panen karena perubahan cuaca ekstrem, tanaman lainnya tetap dapat dipanen, menjaga ketahanan pangan masyarakat lokal.
Dalam penggunaannya, oca sangat serbaguna. Di daerah asalnya, oca dikonsumsi mentah, direbus, dikukus, atau dipanggang. Ada pula resep tradisional yang mengolah oca bersama madu untuk menonjolkan rasa manis alaminya. Di Selandia Baru, oca bahkan menjadi bahan penting dalam berbagai sajian musim semi.
Dengan perpaduan antara sejarah panjang, keunikan rasa, dan manfaat kesehatan yang beragam, oca adalah salah satu contoh betapa kayanya keanekaragaman pangan dunia. Umbi sederhana dari Andes ini membuktikan bahwa makanan lokal tradisional dapat memiliki tempat yang penting dalam pola makan sehat masa kini.
Posting Komentar