Tanaman Porang |
Pengolahan tanah
Tanaman porang menyukai tanah gembur dan subur. Pengolahan tanah harus disesuaikan dengan jenis bibit yang digunakan. Jika bibit yang digunakan berasal dari umbi, Anda perlu membuat lubang tanam berukuran 60 × 60 × 45 cm dengan jarak antar lubang tanam sekitar 90 × 90 cm. Sebelum digunakan, lubang tanam mesti ditutup dengan lapisan tanah bagian atas (top soil) dan pupuk organik.
Sementara itu, jika bibit yang digunakan berasal dari bulbil/katak, Anda perlu membuat guludan setelah tanah diolah dengan jarak antarguludan 90 cm dan jarak antarbulbil di dalam guludan sekitar 90 cm.
Persiapan Bibit
Bibit porang dapat berasal dari umbi batang atau potongan umbi yang memiliki titik tumbuh, umbi katak (bulbil), dan biji tanaman. Potongan umbi yang akan digunakan sebaiknya besar. Hal ini karena umbi yang terlalu kecil menyebabkan waktu panen menjadi lebih lama. Selain itu, ukuran umbi juga memengaruhi produktivitas tanaman.
Ukuran umbi yang ideal sekitar 500 gram dan ditanam dengan jarak 90 × 90 cm. Umbi berukuran 200 gram dengan jarak tanam 30 × 30 cm juga sudah dianggap ideal karena bisa menghasilkan umbi seberat 500 gram. Untuk mencegah bibit rusak karena pathogen di dalam tanah, sebaiknya bibit direndam terlebih dahulu dengan fungisida mankozeb 0,2 persen ditambah insektisida monokrotofos 0,5 persen selama 10 menit dan dikeringkan pada area ternaungi selama 24 jam.
Baca Juga:
Bibit idealnya ditanam dengan kedalaman 10 cm dari permukaan tanah. Kedalaman tanam bibit juga ditentukan oleh jenis dan ukuran bibit yang digunakan. Bibit bulbil cukup ditanam sedalam 5 cm, umbi kecil berukuran 200 cm ditanam sedalam 10 cm, dan umbi yang lebih besar ditanam sedalam 15 cm.
Pemupukan tanaman
Tanaman porang perlu diberikan pupuk kandang sekitar 5 ton/hektare. Apabila menggunakan pupuk anorganik, gunakan pupuk N: P2O5: K2O sebanyak 40:40:80 kg/hektare yang diberikan saat tanaman berumur 45 HST (Hari Setelah Tanam). Satu bulan berikutnya tanaman diberikan pupuk sebagai top dressing dengan 40 kg N, 50 Kg P2O5 50 kg K2O per hektare bersamaan dengan pengendalian gulma.
Penyiangan gulma
Penyiangan gulma umumnya dilakukan secara manual saat tanaman berumur 30 hari, 60 hari, dan 90 hari. Penyiangan dilakukan sambil menggemburkan tanah.
Pengairan
Pengairan tanaman porang perlu dilakukan secara sering dan rutin (teratur). Kandungan air di lahan tidak boleh kurang dari 40 persen. Tingkat kelembapan pada lahan dapat dijaga dengan menggunakan mulsa yang dipasang setelah bibit ditanam. Hasil umbi porang yang diberikan pengairan irigasi permukaan dapat mencapai 40 ton/hektare, sedangkan pada kondisi tadah hujan hanya sekitar 25 ton/hektare.
Pemanenan
Tanaman porang yang sudah siap panen akan ditandai dengan daun yang mengering dan jatuh ke tanah. Panen harus dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai umbi. Caranya, gali tanah di sekitar tanaman untuk mengambil umbinya.
Nah, berakhir sudah pembahasan materi untuk artikel kali ini. Jangan lupa share agar semua mendapat informasi yang bermanfaat ini ya. See you later!
Posting Komentar