Dalam semangkuk sayur lodeh, aroma santan melayang lembut bersama uap panas yang menggoda selera. Di balik kekentalan putihnya yang menggoda, santan kelapa sering menjadi pusat perdebatan di meja makan modern. Di satu sisi, ia dituding sebagai sumber lemak jahat. Di sisi lain, ia dielu-elukan sebagai super nutrisi dari alam tropis. Jadi, mana yang benar?
Baca juga:
- Viral di Sosmed! 5 Olahan Buah Ini Bisa Jadi Ide Jualan Super Cuan!
- Buah-Buahan yang Panen Saat Musim Kemarau, Cocok Jadi Ide Usaha
- Buah yang Ampuh Menurunkan Asam Urat Secara Alami
Kelapa akan diparut dan diperas dengan air, dan jadilah santan. Sejak zaman nenek moyang, santan telah menjadi bagian penting dalam khazanah kuliner Indonesia. Ia hadir dalam sayur, kue, minuman, hingga hidangan khas daerah yang tak tergantikan. Namun, ketika ilmu gizi modern mulai membedah kandungan makanan, santan pun mulai “diadili.”
Alasannya sederhana: lemak jenuh. Santan memang memiliki lemak yang tinggi, apalagi dia sering di olah untuk makanan berat. Oleh karena itu, banyak orang mulai mengganti santan dengan bahan lain yang dianggap lebih “sehat.” Tapi apakah ini keputusan yang adil?
Ilmu pengetahuan ternyata tidak diam. Dalam beberapa tahun terakhir, studi demi studi menunjukkan bahwa tidak semua lemak jenuh memiliki dampak yang sama. Lemak jenuh dalam santan sebagian besar berupa medium-chain triglycerides (MCT) jenis lemak yang justru mudah dicerna dan dapat langsung digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh, alih-alih disimpan sebagai timbunan lemak. Artinya, tubuh kita memperlakukan santan dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan lemak hewani seperti dari daging merah atau keju olahan.
Tak hanya itu, santan juga mengandung senyawa antioksidan, vitamin C, zat besi, dan magnesium. Jika kalian mengonsumsi dengan jumlah yang wajar maka tentu ini sehat. Beberapa praktisi pengobatan alami bahkan menyebut santan sebagai “penyeimbang tubuh” yang bisa memberikan energi sekaligus menjaga kelembapan organ dalam.
Segelas santan tidak akan menjadi musuh bila kita mengimbanginya dengan pola makan yang beragam dan aktif bergerak. Masalah muncul bukan dari santan itu sendiri, tapi dari kebiasaan konsumsi berlebihan dan gaya hidup yang minim aktivitas. Santan kelapa bukanlah sosok antagonis dalam dunia makanan. Ia hanyalah satu dari sekian banyak anugerah alam yang perlu dipahami, dihormati, dan dimanfaatkan dengan bijak
Jadi, apakah santan kelapa itu lemak jahat atau super nutrisi? Jawabannya tidak sesederhana itu. Ia bisa menjadi keduanya tergantung bagaimana kita memperlakukannya. Dan mungkin, di situlah letak keindahan santan, bukan hanya pada rasanya yang kaya, tapi juga pada pelajaran hidup yang diam-diam ia ajarkan tentang keseimbangan.
Posting Komentar