Potensi Ekonomi Bunga Lawang di Indonesia


Indonesia dikenal sebagai negeri penghasil rempah, namun bunga lawang belum banyak dibudidayakan secara luas seperti pala atau cengkeh. Padahal, permintaan global terhadap bunga lawang terus meningkat karena manfaat kuliner dan medisnya. Hal ini menjadikan bunga lawang sebagai komoditas dengan potensi ekonomi besar

Baca juga:

Permintaan utama datang dari industri makanan, minuman, dan farmasi. Industri farmasi dunia memerlukan shikimic acid dari bunga lawang untuk membuat obat antivirus, terutama saat terjadi wabah flu. Harga bunga lawang di pasar internasional pun cukup stabil dan cenderung naik saat permintaan tinggi.

Di dalam negeri, bunga lawang digunakan dalam industri kuliner, restoran, dan jamu tradisional. Namun, sebagian besar pasokan masih diimpor dari negara lain seperti Cina dan Vietnam. Ini menunjukkan adanya peluang besar bagi petani lokal untuk mulai menanam bunga lawang sebagai tanaman komersial.

Selain cocok di wilayah tropis Indonesia, bunga lawang termasuk tanaman yang relatif tahan penyakit dan tidak memerlukan banyak perawatan. Memang, waktu panen pertama cukup lama (sekitar 5 tahun), namun setelah itu tanaman bisa menghasilkan buah secara berkelanjutan selama bertahun-tahun.

Pemerintah daerah atau pelaku usaha tani dapat mempertimbangkan bunga lawang sebagai tanaman perkebunan jangka panjang. Diperlukan pelatihan dan dukungan dalam bentuk bibit unggul, teknologi pengolahan pascapanen, dan akses ke pasar ekspor.

Jika digarap serius, bunga lawang bisa menjadi komoditas ekspor unggulan baru dari Indonesia. Ini bisa membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan petani, dan mengurangi ketergantungan pada impor rempah dari negara lain.



Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama