Inilah Beberapa Fakta Menarik Tentang Tanaman Lidah Buaya


Lidah buaya merupakan salah satu dari 15 jenis tanaman obat yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Salah satu sentra budidaya lidah buaya terbesar berada di Pontianak dan varietas unggulan nasional yang sudah terdaftar adalah varietas pontianak. 

“Produksi lidah buaya pada 2020 berdasarkan data BPS sejumlah 16.928 ton dengan nilai produktivitas 184 ton per hektare. Harga lidah buaya di sentra produksi pada triwulan II tahun 2021 di tingkat petani Rp5.500 per kg dan di pasar Rp6.250 diterima baik untuk pasar domestik di sejumlah kota besar maupun mancanegara seperti wilayah Asia,” tutur Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto.


Pada 1980 budidaya lidah buaya masih dilakukan dalam skala kecil dengan menggunakan media pot atau pun di pekarangan. Setelah itu pada ‘90-an, petani lidah buaya sudah mulai membudidayakannya di lahan khusus. Perkembangan budidaya tersebut sejalan dengan perkembangan popularitas manfaat lidah buaya untuk kesehatan.


Sekitar 1992 petani sudah mulai menanam lidah buaya secara monokultur dan menerapkan beberapa teknologi yang jauh lebih baik. Kala itu penentuan lokasi sudah dilakukan dengan baik untuk memastikan lahan bebas dari penyakit.


“Umumnya, penyakit pada tanaman lidah buaya adalah busuk lunak dan busuk pelepah daun. Pontianak merupakan lahan gambut untuk budidaya lidah buaya dengan ketinggian lahan 0—10 m dpl, memiliki pH tanah yang rendah serta suhu udaranya 34—36 derajat,” papar Peneliti Muda BPTP Kalimantan Barat, Sution.


Salah satu kelompok tani yang mengembangkan lidah buaya adalah Kelompok Tani Bentasan di Pontianak Utara Kalimantan Barat yang sudah terbentuk sejak 2004. Kelompok tani beranggotakan 14 orang ini fokus mengembangkan budidaya lidah buaya dan pepaya. Total luas lahan yang digunakan adalah 1 hektare dan mampu memanen lidah buaya sebanyak 2,5 ton per bulannya.


“Adapun biaya penyiangan dan perawatan yang dikeluarkan hingga panen sebesar Rp4,5 juta dan laba bersih yang didapat diperkirakan Rp7 juta per bulannya,” kata Tjhin Djie Shen, ketua Kelompok Tani Bentasan.


Djie Shen mengatakan keberhasilan panen yang didapat kelompok taninya berada pada tahapan penanaman dan perawatan bibit dengan melakukan pemupukan abu somel yang dicampur abu sabut kelapa. Selain itu, kelompoknya juga sangat memerhatikan pemotongan pucuk pelepah lidah buaya agar tumbuh dengan bagus dan tebal.

“Tak hanya itu, lidah buaya yang dipanen juga dapat diolah dengan baik dan unik oleh Kelompok Tani Bentasan seperti menjadikan olahan minuman, olahan manisan, kerupuk, dodol, dan olahan lainnya. Kelompok Tani Bentasan juga memanfaatkan lendir lidah buaya untuk menyembuhkan luka bakar untuk mencegah infeksi,” ungkap Tjhin Djie Shen.


Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama