Sering Diremehkan, 5 Sayuran Lokal Ini Ternyata Lebih Bergizi dari Brokoli!

kecipir

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk berbagai jenis sayuran lokal. Namun, di tengah gempuran tren makanan impor dan modern, banyak sayuran asli Indonesia yang mulai terlupakan dan bahkan diremehkan. Padahal, sayuran-sayuran ini memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi dan manfaat kesehatan yang luar biasa.

Baca juga:

1. Daun Katuk (Sauropus androgynus)

daun katuk

Sering dikaitkan dengan pelancar ASI, daun katuk sebenarnya memiliki lebih dari sekadar manfaat itu. Kandungan protein, zat besi, vitamin A, dan vitamin C yang tinggi menjadikannya sayuran penting untuk mendukung sistem kekebalan tubuh dan kesehatan mata.

2. Daun Singkong (Manihot esculenta)

daun sinkong

Meskipun sering dianggap sebagai makanan kelas bawah, daun singkong memiliki kandungan serat, kalsium, dan vitamin B1 yang tinggi. Daun ini sangat bermanfaat dalam membantu sistem pencernaan dan menjaga kesehatan tulang.

3. Genjer (Limnocharis flava)

genjer

Sayuran rawa ini dahulu dianggap makanan rakyat miskin, namun kini mulai dilirik kembali. Sayuran genjer memiliki kandungan serat yang baik, dilengkapi zat besi dan vitamin A. Sayur ini membantu menjaga kadar hemoglobin dalam darah dan mendukung fungsi penglihatan.

4. Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)

kecipir

Kecipir adalah sayuran yang bisa dimakan hampir seluruh bagiannya: daun, bunga, hingga polong mudanya. Kandungan proteinnya cukup tinggi untuk ukuran sayuran, menjadikannya alternatif nabati yang sangat bergizi.

5. Jantung Pisang

jantung pisang

Meski sering diabaikan sebagai sisa panen pisang, jantung pisang nyatanya memiliki kalori rendah, kadar serat tinggi, serta senyawa flavonoid dengan sifat antioksidan. Cocok untuk diet dan pencegahan penyakit degeneratif.

Mengonsumsi sayuran lokal bukan hanya mendukung kesehatan pribadi, tapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan dan ketahanan pangan nasional. Sayuran-sayuran ini tumbuh subur di tanah Indonesia tanpa perlu teknologi mahal, serta memiliki jejak karbon yang rendah dibandingkan sayuran impor.

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama