Bibit cabai yang siap tanam merupakan bibit yang sudah berumur 1—1,5 bulan setelah penyemaian benih. Bila pembenihan dilakukan sekitar bulan Januari—Februari, pelaksanaan penanamannya akan jatuh pada bulan Februari—April. Petani cabai di Pulau Jawa biasanya mulai melakukan penanaman pada musim kemarau (sekitar Juli— September) atau pada akhir musim hujan (Maret—Mei).
Sebelum penanaman, keranjang atau kantong plastik (polybag) tempat pembibitan harus dibuang terlebih dahulu. Setelah itu, tanah dan bibitnya ditanam di lubang tanam yang sudah disiapkan. Saat pembuangan keranjang atau polybag perlu dijaga agar akar tanaman tidak rusak. Oleh karena itu, hal tersebut harus dilakukan dengan hati– hati. Sebaiknya dilakukan di dekat lubang tanam agar bibitnya dapat langsung dimasukkan ke dalam lubang tanam.
Bila penanaman dilakukan dengan cara monokultur dan jarak tanam 50—60 cm x 60—70 cm atau 60—70 cm x 70—80 cm, jumlah tanaman pada lahan seluas 1 ha akan terdapat sekitar 20—30 ribu tanaman. Sebaliknya, bila penanamannya dilakukan dengan sistem tumpang sari maka jumlah tanamannya tergantung dari model yang digunakan. Perkiraan jumlah tanaman untuk model domino setengah bedeng, model domino, dan model glebagan antara 25—30 ribu tanaman, sedangkan untuk model renggang sekitar 20 ribuan tanaman. Bila menggunakan jarak tanam yang lebar, misalnya 100 cm x 100 cm, jumlahnya hanya 8—10 ribu tanaman. Sementara itu, jika jarak tanamnya 100 cm x 70 cm, jumlahnya sekitar 12 ribu tanaman.
Setelah tanaman dimasukkan ke dalam lubang tanam, tanah bekas galiannya dimasukkan kembali ke dalam lubang sambil ditimbun hingga batas pangkal batang atau menutupi tanah bekas pembibitan. Selanjutnya bagian tanah di sekitar tanaman ditekan-tekan atau diinjak–injak mengarah ke bagian akar agar tanah menjadi sedikit lebih padat. Cara ini bertujuan agar tanaman tidak mudah goyang.
Waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari. Setelah penanaman, tanaman langsung disiram. Kondisi tanaman yang baru ditanam cenderung masih lemah. Oleh karena itu, pelindung tanaman sangat diperlukan agar tanaman tidak terkena sengatan sinar matahari secara langsung serta terhindar dari terpaan air hujan dan angin kencang.
Pelindung atau naungan ini dapat dibuat secara sederhana dengan memanfaatkan pelepah daun pisang kering, daun kelapa, atau lainnya. Pelindung ini cukup ditopang dengan tiang bambu kecil atau ranting asalkan cukup kuat untuk menahan guyuran air hujan atau terpaan angin kencang. Agar kelembapan tanah terjaga, di atas tanah diberikan mulsa atau penutup tanah. Untuk mulsa ini pun kita dapat menggunakan daun kering, rumput kering, atau plastik perak.
Bila penanamannya diatur secara berselang–seling dengan tanaman bawang merah, penanaman cabai umumnya dilakukan 25— 30 hari setelah penanaman bawang merah. Pada sistem pertanaman ini tidak perlu membuat pelindung tanaman karena cabai ditanam di sela-sela bawang merah.
Posting Komentar